A Thousand Splendid Suns berkisah tentang dua perempuan yang mengalami penderitaan akibat peperangan dan pernikahan yang dipaksakan. Sama seperti The Kite Runner, novel kedua Khaled Hosseini ini masih mengambil latar belakang peperangan yang terjadi di Afghanistan.
Tokoh pertama, bernama Mariam. Ia adalah seorang harami – hasil dari hubungan gelap Nana dan Jalil. Jalil, adalah seorang pengusaha dan sudah mempunyai tiga istri. Sedangkan Nana, adalah pelayan di rumah Jalil. Untuk menyembunyikan aib ini, Jalil ‘memindahkan’ Nana ke sebuah rumah yang terpencil dan jauh dari kota. Bertahun-tahun, secara teratur Jalil mengunjungi kolba Nana dan Mariam setiap hari Kamis. Di hari Kamis itu, Mariam akan mendengar cerita-cerita indah ayahnya, dan setelah itu pula, Nana akan memutarbalikkan semua kata-kata Jalil, dan selalu berkata bahwa Jalil tidak akan pernah mengakui Mariam sebagai anaknya.
Menjelang ulang tahunnya yang ketiga belas, Mariam meminta hadiah istimewa dari Jalil, tapi ternyata di hari yang dinanti itu, Jalil tidak kunjung datang, dan membuat Mariam nekat pergi ke Herat, ke rumah mewah Jalil, di mana ia sama sekali tidak diterima. Kepergian Mariam ke rumah Jalil justru membawa petaka. Nana bunuh diri dan meninggalkan Mariam seorang diri.
Jalil terpaksa membawa Mariam ke rumahnya. Buntutnya, Mariam dipaksa menikah dengan pria yang usianya jauh lebih tua, Rasheed dan dibawa pindah ke kota Kabul. Pernikahan membawa penderitaan baru bagi Mariam, terlebih ketika ia mengalami keguguran dan membuat Rasheed mulai kasar padanya.
Lalu, tokoh kedua adalah Laila. Ia tinggal bertetangga dengan Mariam dan Rasheed di Kabul. Anak seorang guru bernama Hakim dan ibu bernama Fariba. Kedua abang Laila pergi berjihad dan membuat Fariba hidup dalam kegelapan menanti kepulangan kedua anaknya. Untung Laila memiliki Babbi yang kuat dan sahabat yang baik bernama Tariq. Tariq selalu melindungi Laila dari gangguan anak-anak laki-laki yang jahil. Persahabatan yang membawa mereka pada hubungan yang lebih jauh.
Peperangan membuat banyak warga yang mengungsi ke Pakistan, termasuk keluarga Tariq. Keluarga Laila pun bersiap mengungsi ketika petaka lain datang. Membuat Laila sebatang kara.
Pasangan Mariam dan Rasheed mengurus Laila. Rasheed-lah yang menyelamatkan Laila saat musibah itu datang. Tapi, ternyata, semua itu bukanlah hal yang tulus. Rasheed bermaksud menikahi Laila yang usianya ketika itu hampir sama dengan Mariam ketika Rasheed menikahinya.
Laila setuju, tapi, malah membuat Mariam mengambil sikap bermusuhan. Laila menjadi malika dalam rumah itu dan selalu dilindungi oleh Rasheed. Tapi, sikap manis itu juga hanya sementara, yang langsung berubah ketika Laila melahirkan seorang anak perempuan.
Inilah awal mula persahabatan Laila dan Mariam. Mereka berdua saling membela dan melindungi menghadapi kekasaran Rasheed.
Situasi karena perang semakin tidak menentu. Keadaan dalam rumah tangga juga tidak kunjung membaik.
Di tengah-tengah penderitaan, Laila dan Mariam berusaha mencari seribu mentari surga yang akan memberikan sinar dalam gelapnya dunia mereka.
Khaled Hosseini kembali mencoba ‘mengobrak-abrik’ perasaan pembacanya, mencoba membuat pembaca bercucuran air mata lewat emosi yang ditampilkan dalam sosok Laila dan Mariam. Tapi, kaya’nya masih lebih ‘nendang’ The Kita Runner, deh… Novel ini lebih ‘mendayu-dayu’, mungkin karena tokoh utamanya perempuan, jadi masalah ‘cinta-cintaan’, cemburu jadi lebih mendominasi dalam buku ini. Dan, lagi-lagi perempuan jadi korban kekerasan laki-laki.
Tokoh pertama, bernama Mariam. Ia adalah seorang harami – hasil dari hubungan gelap Nana dan Jalil. Jalil, adalah seorang pengusaha dan sudah mempunyai tiga istri. Sedangkan Nana, adalah pelayan di rumah Jalil. Untuk menyembunyikan aib ini, Jalil ‘memindahkan’ Nana ke sebuah rumah yang terpencil dan jauh dari kota. Bertahun-tahun, secara teratur Jalil mengunjungi kolba Nana dan Mariam setiap hari Kamis. Di hari Kamis itu, Mariam akan mendengar cerita-cerita indah ayahnya, dan setelah itu pula, Nana akan memutarbalikkan semua kata-kata Jalil, dan selalu berkata bahwa Jalil tidak akan pernah mengakui Mariam sebagai anaknya.
Menjelang ulang tahunnya yang ketiga belas, Mariam meminta hadiah istimewa dari Jalil, tapi ternyata di hari yang dinanti itu, Jalil tidak kunjung datang, dan membuat Mariam nekat pergi ke Herat, ke rumah mewah Jalil, di mana ia sama sekali tidak diterima. Kepergian Mariam ke rumah Jalil justru membawa petaka. Nana bunuh diri dan meninggalkan Mariam seorang diri.
Jalil terpaksa membawa Mariam ke rumahnya. Buntutnya, Mariam dipaksa menikah dengan pria yang usianya jauh lebih tua, Rasheed dan dibawa pindah ke kota Kabul. Pernikahan membawa penderitaan baru bagi Mariam, terlebih ketika ia mengalami keguguran dan membuat Rasheed mulai kasar padanya.
Lalu, tokoh kedua adalah Laila. Ia tinggal bertetangga dengan Mariam dan Rasheed di Kabul. Anak seorang guru bernama Hakim dan ibu bernama Fariba. Kedua abang Laila pergi berjihad dan membuat Fariba hidup dalam kegelapan menanti kepulangan kedua anaknya. Untung Laila memiliki Babbi yang kuat dan sahabat yang baik bernama Tariq. Tariq selalu melindungi Laila dari gangguan anak-anak laki-laki yang jahil. Persahabatan yang membawa mereka pada hubungan yang lebih jauh.
Peperangan membuat banyak warga yang mengungsi ke Pakistan, termasuk keluarga Tariq. Keluarga Laila pun bersiap mengungsi ketika petaka lain datang. Membuat Laila sebatang kara.
Pasangan Mariam dan Rasheed mengurus Laila. Rasheed-lah yang menyelamatkan Laila saat musibah itu datang. Tapi, ternyata, semua itu bukanlah hal yang tulus. Rasheed bermaksud menikahi Laila yang usianya ketika itu hampir sama dengan Mariam ketika Rasheed menikahinya.
Laila setuju, tapi, malah membuat Mariam mengambil sikap bermusuhan. Laila menjadi malika dalam rumah itu dan selalu dilindungi oleh Rasheed. Tapi, sikap manis itu juga hanya sementara, yang langsung berubah ketika Laila melahirkan seorang anak perempuan.
Inilah awal mula persahabatan Laila dan Mariam. Mereka berdua saling membela dan melindungi menghadapi kekasaran Rasheed.
Situasi karena perang semakin tidak menentu. Keadaan dalam rumah tangga juga tidak kunjung membaik.
Di tengah-tengah penderitaan, Laila dan Mariam berusaha mencari seribu mentari surga yang akan memberikan sinar dalam gelapnya dunia mereka.
Khaled Hosseini kembali mencoba ‘mengobrak-abrik’ perasaan pembacanya, mencoba membuat pembaca bercucuran air mata lewat emosi yang ditampilkan dalam sosok Laila dan Mariam. Tapi, kaya’nya masih lebih ‘nendang’ The Kita Runner, deh… Novel ini lebih ‘mendayu-dayu’, mungkin karena tokoh utamanya perempuan, jadi masalah ‘cinta-cintaan’, cemburu jadi lebih mendominasi dalam buku ini. Dan, lagi-lagi perempuan jadi korban kekerasan laki-laki.
Posting Komentar