Buku yang penuh teori konspirasi! Sangat menegangkan! Buku ini dibuka dengan pengakuan Dan Brown bahwa "Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat," walaupun klaim ini diperdebatkan oleh para sarjana akademisi dalam diskusi-diskusi buku.
Novel ini bermula dengan pembunuhan seorang kurator seni di museum Louvre, Jaqcues Sauniere. Semasa hidupnya, Sauniere tidak saja memiliki minat pada seni tetapi juga menjadi pimpinan tertinggi sebuah perkumpulan rahasia yang dikenal dengan Biarawan Sion. Perkumpulan ini memegang sebuah rahasia, yang jika terbongkar, akan menggoncang gereja Katolik. Sebelum kematiannya, Sauniere mencoba memberikan rahasia ini kepada cucu perempuannya, Sophie, seorang ahli kriptografi dan Robert Langdon, seorang profesor Simbologi di Harvard. Ia meninggalkan berbagai petunjuk pada mereka agar kebenaran itu tidak hilang bersama dengan kematiannya..Rahasia yang coba disampaikan Sauniere adalah lokasi dan identitas Holy Grail.
Tetapi dalam novel Brown, Holy Grail ini bukanlah cawan yang digunakan oleh Kristus sewaktu jamuan terakhirNya seperti yang selama ini dikenal semua orang. Holy Grail adalah seseorang, seorang wanita yang kehadirannya disamarkan oleh Leonardo Da Vinci dalam lukisannya yang terkenal, The Last Supper. Brown menjelaskan bahwa lukisan terkenal tersebut yang terdiri dari 13 lelaki itu ternyata tidak semuanya LELAKI! Ada seorang WANITA disana! Wanita yg disamarkan oleh Da Vinci ini memiliki rambut merah, dan duduk tepat di samping sang Kristus!.
Brown menghadirkan cerita perburuan rahasia tersebut dalam alur cerita yang menegangkan dan memikat. Rangkaian cerita disusun sedemikian rupa sehingga menyeret pembaca untuk menyimak novel ini dari awal sampai akhir. Cerita-cerita dan fakta-fakta sejarah seputar Yesus dihadirkan melalui dialog tokoh-tokohnya, sehingga tidak terkesan sebagai satu bentuk indoktrinasi, tetapi sebagai ungkapan realitas sejarah yang berhasil membongkar dasar-dasar dogma Kristen. Karena itu, dalam beberapa iklannya, buku ini digambarkan sebagai "memukau logika dan menggoyang iman".
Misalnya, di situ disebutkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan seorang manusia. Sebelum abad keempat, Yesus hanya dianggap manusia, namun Kaisar Imperium Romawi kala itu, Konstantin, mendewakan-Nya sesuai keyakinan lamanya yang paganis. Untuk keperluan klaim-klaim Kristen belakangan, Alkitab, setidaknya yang dianggap otoritatif, disunting dan digarap sesuai keinginan kekuasaan kala itu.
Menurut saya buku ini ditulis dengan kreatif, sangat brilian, enak dibaca, sekaligus penuh unsur menegangkan. Pembaca diajak untuk memahami kembali karya-karya Leonardo Da Vinci yang selama ini sudah seringkali kita lihat TETAPI tidak pernah kita perhatikan. Kita tidak akan bisa melepaskan buku ini sebelum sampai pada halaman terakhir.
Novel ini bermula dengan pembunuhan seorang kurator seni di museum Louvre, Jaqcues Sauniere. Semasa hidupnya, Sauniere tidak saja memiliki minat pada seni tetapi juga menjadi pimpinan tertinggi sebuah perkumpulan rahasia yang dikenal dengan Biarawan Sion. Perkumpulan ini memegang sebuah rahasia, yang jika terbongkar, akan menggoncang gereja Katolik. Sebelum kematiannya, Sauniere mencoba memberikan rahasia ini kepada cucu perempuannya, Sophie, seorang ahli kriptografi dan Robert Langdon, seorang profesor Simbologi di Harvard. Ia meninggalkan berbagai petunjuk pada mereka agar kebenaran itu tidak hilang bersama dengan kematiannya..Rahasia yang coba disampaikan Sauniere adalah lokasi dan identitas Holy Grail.
Tetapi dalam novel Brown, Holy Grail ini bukanlah cawan yang digunakan oleh Kristus sewaktu jamuan terakhirNya seperti yang selama ini dikenal semua orang. Holy Grail adalah seseorang, seorang wanita yang kehadirannya disamarkan oleh Leonardo Da Vinci dalam lukisannya yang terkenal, The Last Supper. Brown menjelaskan bahwa lukisan terkenal tersebut yang terdiri dari 13 lelaki itu ternyata tidak semuanya LELAKI! Ada seorang WANITA disana! Wanita yg disamarkan oleh Da Vinci ini memiliki rambut merah, dan duduk tepat di samping sang Kristus!.
Brown menghadirkan cerita perburuan rahasia tersebut dalam alur cerita yang menegangkan dan memikat. Rangkaian cerita disusun sedemikian rupa sehingga menyeret pembaca untuk menyimak novel ini dari awal sampai akhir. Cerita-cerita dan fakta-fakta sejarah seputar Yesus dihadirkan melalui dialog tokoh-tokohnya, sehingga tidak terkesan sebagai satu bentuk indoktrinasi, tetapi sebagai ungkapan realitas sejarah yang berhasil membongkar dasar-dasar dogma Kristen. Karena itu, dalam beberapa iklannya, buku ini digambarkan sebagai "memukau logika dan menggoyang iman".
Misalnya, di situ disebutkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan seorang manusia. Sebelum abad keempat, Yesus hanya dianggap manusia, namun Kaisar Imperium Romawi kala itu, Konstantin, mendewakan-Nya sesuai keyakinan lamanya yang paganis. Untuk keperluan klaim-klaim Kristen belakangan, Alkitab, setidaknya yang dianggap otoritatif, disunting dan digarap sesuai keinginan kekuasaan kala itu.
Menurut saya buku ini ditulis dengan kreatif, sangat brilian, enak dibaca, sekaligus penuh unsur menegangkan. Pembaca diajak untuk memahami kembali karya-karya Leonardo Da Vinci yang selama ini sudah seringkali kita lihat TETAPI tidak pernah kita perhatikan. Kita tidak akan bisa melepaskan buku ini sebelum sampai pada halaman terakhir.
Posting Komentar